Pertemuan 9 Psikologi Umum ll

 Stres dan kesehatan


 Stres dan Stresor

Stres adalah peristiwa ketika adanya suatu ancaman ataupun tantangan yang kemudian menimbulkan suatu respon atau reaksi dari fisik, emosi, kognitif maupun perilaku pada seseorang  (Ciccarelli dan White (2017). 

Sumber stres (Stresor) sendiri dapat berasal dari dalam ataupun diluar tubuh. Selain itu, stresor dapat berupa ancaman yang dirasakan  individu sehingga menyebabkan timbulnya kecemasan yang tidak normal  (berlebihan) pada seseorang. 

Eustress dan Distress

Eustress adalah stress yang mengarah pada peristiwa positif yang mana membuat seseorang lebih mengembangkan dirinya dengan cara beradaptasi ataupun memperbaiki  maupun bertahan dirinya dengan yang  lebih baik ataupun untuk meningkatkan kesehatan dan kebahagiaannya. 

Contoh aplikatifnya yaitu ketika saya merasa malu saat bertemu dengan banyak orang atau tidak percaya diri untuk tampil didepan umum, namun karena bertemu dengan orang baru dan tampil didepan umum itu merupakan kegiatan yang akan sering saya lakukan oleh sebab itu saya harus mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut serta saya harus mencari tau bagaimana saya bisa lancar dan percaya diri untuk tampil didepan umum. Nah dalam hal ini stres positif itu membuat saya  mengembangkan diri untuk lebih baik lagi. 

Distress adalah stresor yang tidak menyenangkan atau stressor negatif yang dapat membuat kita sedih atau merasa tidak berdaya.

Contoh aplikatifnya yaitu ketika kita mendapatkan kabar bahwa nenek kita mengalami kecelakaan dan meninggal maka kita akan stress dan menyalahkan keadaan. 

Tipe-tipe Kejadian Eksternal yang Dapat Menyebabkan Stres.

1. Catatrophes

Catatrophes adalah kejadian besar yang tidak dapat diketahui atau diperkirakan datangnya kemudian menyebabkan stress dan perasaan terancam yang tidak biasa (Ciccarelli  &White, 2017). Seperti kejadian atau peristiwa bencana alam yang membuat seseorang akan mengalami ketakutan dan stres. 

Stres yang diakibatkan dari bencana ini salah satunya juga dapat ditimbulkan karena sikap berlebihan terhadap bencana, seperti analisis bahwa akan terjadi bencana  yang besar di lingkungan sekitar manusia tersebut padahal hal tersebut belum tentu  akan benar-benar terjadi. Namun dengan mampu mengolah pola pikir yang baik akan  dapat menghindarkan munculnya stres dalam diri manusia.

2.Major Life Changes

Holmes & Rahe (1967), setiap orang ketika menghadapi kejadian di dalam hidup mereka baik yang positif maupun negatif pasti akan merasakan stres dikarenakan itulah kita harus menyesuaikan ataupun beradaptasi dengan lingkungan baru yang kita hadapi kedepannya. Seperti kita masuk ke Dunia perkuliahan, pernikahan dan lainnya. 

3. Hassles

Gangguan-gangguan kecil atau kesulitan dalam kehidupan ini dapat menyebabkan turunnya stamina tubuh yang  merupakan efek jangka pendek (Burks & Martin, 1985). Gangguan kecil yang dapat  mengakibatkan stres ini tidak hanya dapat timbul bagi para remaja, namun dapat muncul di berbagai kalangan. Contohnya saja ketika ingin mengerjakan tugas ternyata lampu mati dan batrai leptop tidak ada hal ini akan membuat gangguan yang menjengkelkan sehingga menyebabkan kesal dan sebagainya. 

Stresor Psikologis

1. Pressure

Tekanan diakibatkan oleh tuntutan yang harus dicapai atau dijalani dalam kehidupan sehari-hari manusia untuk dapat melakukan sesuatu. Ketika seseorang merasa untuk harus bekerja keras dalam  tenggat waktu tertentu maka seseorang tersebut sedang berada dalam tekanan.  Tekanan bagi setiap orang dapat berbeda-beda, juga dapat berbentuk positif atau  negatif. Contoh tekanan dalam kehidupan yang sering ditemui yaitu kompetisi antar  individu.

2. Uncontrollability

Ketika kita tidak bisa mengontrol dan mengendalikan diri ketika menghadapi situasi maka kita akan mudah untuk stres,  begitupun sebaliknya apabila kita memiliki kendali diri yang baik maka kita tidak akan mudah stres. 

3. Frustration

Frustasi terjadi jika keinginan dari seseorang tidak dapat tercapai karena adanya faktor yang menghalangi dan mencegahnya. Frustasi sebagai pemicu stres ini  merupakan faktor eksternal. Kegagalan, penolakan, dan kerugian merupakan faktor dari banyaknya penyebab frustasi. Reaksi yang dapat ditimbulkan dari adanya rasa frustasi ini yaitu sikap emosional yang berlebihan hingga depresi.Ada objek yang bisa dijadikan sebagai pelampiasan seseorang ketika mengalami frustasi dan ada juga yang tidak bisa. Hal itu disebut sebagai agresi yang terlantar. Biasanya ia akan tetap  melampiaskan ke suatu objek namun tidak kepada hal yang bersifat mengancam dan  lebih banyak tersedia. 

Aggresion ialah ketika seseorang melakukan suatu hal yang dapat membahayakan orang lain, ataupun bisa melukai orang tersebut (Coon & Mitterer, 2007). Adanya hubungan antara frustasi dengan agresi, agresi merupakan respon dari keadaan frustasi seseorang. Agresi ini adalah respon yang terus menerus saat terjadi frustrasi namun bukan respon pertama saat mengalami frustrasi.

1) Displaced Agression : ketika seseorang merasakan frustasi kemudian melampiaskannya kepada suatu hal yang tidak terlalu membahayakan dirinya. 

2) Escape or Withdrawal : melampiaskan stres ke dunia fantasi seperti menyalahgunakan narkoba. 

4.Conflict

Konflik dalam diri manusia timbul karena adanya dua atau lebih keinginan atau tujuan yang hendak dicapai. Ketika manusia memiliki tekanan dan  mengakibatkan munculnya dua kebutuhan di waktu yang sama juga merupakan  timbulnya konflik. Terdapat berbagai bentuk konflik yang dapat dijumpai sehari- harinya, yaitu:

1. Approach–Approach Conflict
Dalam jenis konflik ini, seseorang memiliki konflik untuk harus memilih satu dari dua hal yang ia inginkan. Jenis konflik ini juga sering disebut sebagai “Win-win situation” yang tidak terlalu memiliki kesulitan dalam penyelesaiannya serta tidak melibatkan banyak tekanan. Tekanan yang muncul karena konflik ini yaitu karena  harus memilih satu, sehingga harus kehilangan pilihan lainnya. 

Contoh aplikatifnya yaitu saya harus memilih untuk lanjut kuliah di salah satu dari dua universitas yang saya berhasil lulus. Dalam hai ini saya harus memilih satu universitas dan Menghiklaskan satu pilihan lainnya untuk tidak dipilih. 

2. Avoidance–Avoidance Conflict
Konflik ini terjadi apabila manusia berhadapan dengan kedua pilihan yang sama-sama tidak ia inginkan. Jenis konflik ini biasanya lebih memiliki kesulitan  untuk menyelesaikannya dan melibatkan tekanan dalam menentukan pilihan.
 
3. Approach–Avoidance Conflict
Jenis konflik ini hanya melibatkan satu pilihan atau sasaran. Dalam konflik ini seseorang memiliki pertimbangan karena memikirkan aspek positif serta negatif dari  sasarannya. 

4. Multiple Approach–Avoidance Conflicts
Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih diantara dua pilihan namun kedua pilihannya terdapat aspek positif dan negatif di setiap pilihan. Jenis konflik ini  cenderung menyebabkan seseorang dapat merasakan kebimbangan dalam menentukan  pilihannya. Dalam konflik ini, seseorang memiliki dua tujuan atau lebih untuk ia  pertimbangkan dan memiliki banyak tekanan karena merasa cukup sulit untuk  menentukan keputusan akhir dan berakibat kepada stres.

Physiological factors: stress and health

General Adaptation Syndrome

General Adaptation Syndrome merupakan urutan dalam reaksi fisiologi yang dialami oleh tubuh manusia saat mengalam stres. yang dikemukakan oleh Selye (1956), General adaptation syndrome (GAS) terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Alarm

Ketika tubuh bereaksi terhadap stresor, sistem saraf simpatis dan reaksi fight or flight pada tubuh mulai aktif, sehingga kelenjar pituitari memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon adrenalin,noradrenalin, dan kortisol. Hormon tersebut dapat meningkatkan tekanan darah, detak jantung, dan gula darah. hal-hal tersebut dapat menimbulkan reaksi seperti mual, sakit kepala, sampai demam.

2. Resistance

Pada saat tubuh mulai dalam keadaan stabil gejala pada tahap alarm akan berkurang dan tubuh dapat mengatasi terjadainya stres. Namun, selama tahap perlawanan munculnya gangguan psikis dan psikosomatik mulai terlihat, serta gejala lainnya seperti hipertensi serta radang sendi. 

3. Exhaustion

Saat tahap perlawanan tadi, tubuh berusaha keras untuk melawan pemicu stres sehingga akan menyebabkan menurunnya sumber daya tubuh dan terjadi kelelahan. Kelelahan dapat menyebabkan pembentukan penyakit yang berhubungan dengan  stres, misalnya tekanan darah tinggi atau sistem kekebalan tubuh yang lemah atau  juga dapat mematikan organisme jika bantuan dari luar tidak tersedia (Cicarelli &  White, 2017 ; Stein Bahrens et al, 1994).

Sistem Imun dan Stres


Respon tubuh terhadap stres sebenarnya hampir sama ketika tubuh merespon infeksi (Maier & Watkins, 1998). Beberapa enzim dan bahan kimia tertentu seperti  antibodi akan dibentuk oleh sel kekebalan ketika tubuh terinfeksi. Infeksi atau bakteri  akan dikelilingi oleh sel kekebalan dan melepaskan enzim serta bahan kimia ke aliran  darah. Setelah itu reseptor saraf vagus akan aktif dan mengantarkan sinyal ke otak bahwa  tubuh sedang sakit, lalu otak akan merespon dengan mengaktivasi sistem kekebalan  lebih lanjut. Cara kerja ini juga sama ketika manusia mengalami stres. 

Selain enzim dan bahan kimia, hormon juga berperan penting dalam membantu tubuh melawan efek yang ditimbulkan oleh stres. Hormon yang ditemukan oleh para peneliti adalah dehydroepiandrosterone (DHEA), yang bermanfaat sebagai antistres tak hanya pada hewan, tapi juga membantu manusia dalam mentoleransi dan mengatur efek stres pada hipokampus (Morgan et al., 2009).

Secara jangka pendek, stres dapat memberikan efek positif pada kekebalan tubuh karena saat stres tubuh berusaha keras untuk melawannya terlebih dahulu, jadi sumber daya tubuh dikerahkan lebih besar sehingga dapat meningkatkan kekebalan. Akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk jangka panjang, karena stres yang terlalu lama akan membuat tubuh kekurangan sumber daya dan bahan kimia yang biasanya mengontrol bagian tubuh lain tidak berjalan efektif sehingga kekebalan menurun, saat inilah penyakit lain akan mudah timbul, seperto jantung dan kanker. 

Psikologi Kesehatan

Fokus dari pokok bahasan Psikologi Kesehatan yaitu bagaimana aktivitas fisik, ciri psikologi, dan  hubungan sosial kita memengaruhi kesehatan dan tingkat penyakit kita secara keseluruhan.Psikologi Kesehatan memahami bagaimana perilaku, seperti penggunaan obat-obatan, optimisme, kepribadian, atau jenis makanan yang dimakan dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk melawan penyakit. 

Faktor Kognitif 

Seorang psikolog kognitif yang bernama Richard Lazardus memaparkan bahwa terdapat dua langkah tentang bagaimana seorang individu menilai tingkat  ancaman dari penyebab stresnya dan reaksi apa yang harus diberikan (Lazardus, 1991,  1999; Lazardus & Folkman, 1984). Dua langkah tersebut yaitu : 

1.primary appraisal, atau penilaian tahap awal. Seorang individu mengestimasi efek atau akibat yang akan muncul dari penyebab stres dan mengklasifikasikannya menjadi beberapa kategori. Menurut Lyon (2012), saat individu mulai mengalami suatu peristiwa, ia akan mengevaluasi seluruh akibat dari penyebab stres terhadap sumber daya kesehatannya.

2.secondary appraisal atau penilaian sekunder. Ketika individu telah mengidentifikasi efek atau akibat yang dianggap berbahaya, ia mulai memperkirakan bagaimana ia mengatasi penyebab stres tersebut. Individu akan membandingkan energi dan sumber daya yang ia miliki seperti, dukungan moral,finansial, kenyamanan hidup, apapun yang bisa menunjang kehidupannya, dengan penyebab stres. Jika ternyata sumber daya yang dimiliki dinilai lebih banyak dan  berpotensi, tingkat stres akan lebih rendah daripada energi yang dikuras.

Contoh aplikatif nya yaitu ketika sehat dan memiliki uang kita sudah memikirkan untuk membuat asuransi dan tabungan sehingga nanti apabila sedang dalam keadaan sakit atau ada masalah keuangan secara mendadak kita sudah memiliki persiapan. 

Faktor Kepribadian

Ada empat tipe kepribadian yaitu : 

Tipe A: Orang yang serius, ambisius, sangat menghargai waktu, kompetitif, tidak suka diganggu akan lebih mudah terkena penyakit-penyakit yang berkaitan  dengan jantung. 

2) Tipe B: Kemungkinan untuk mendapatkan efek atau akibat agak minim karena karakter individunya yang santai dan tidak mudah marah. 

3) Tipe C: Individunya santai namun sulit untuk mengekspresikan emosi. Mereka menyimpan emosinya dan mudah merasa kesepian. Sebuah studi menunjukkan bahwa  orang yang memiliki kepribadian tipe ini mempunyai risiko kematian dini lebih besar  karena kebiasaan buruk yang mempengaruhi kesehatannya (Mroczek et al., 2009) 

4) Tipe H: Hampir sama dengan tipe A, karakter yang kuat, tekun, namun tidak begitu rentan terhadap penyakit yang berkaitan dengan jantung. Ia melihat  penyebab stres sebagai tantangan dan dapat mengontrol hidupnya dengan baik.

Faktor Sosial

Faktor sosial yang paling tinggi dalam menyebabkan stres adalah kemiskinan dan stres kerja (Ciccarelli & White, 2015). Kedua faktor ini  
termasuk kepada faktor sosial yang berada di sektor ekonomi. 

1.Kemisikinan sangat berdampak terhadap tingkat stres seseorang. Kemiskinan berakibat banyaknya beban pikiran dan rasa tidak percaya diri untuk memenuhi  kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti tidak mampu mendapatkan  kebutuhan pangan, pelayanan kesehatan, dan tempat tinggal yang nyaman. Stres  akibat kemiskinan tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa saja, tetapi anak-anak  juga merasakannya. 

2. Stres kerja termasuk faktor penyebab stres yang paling tinggi. Meskipun sebenarnya tujuan bekerja adalah untuk mendapatkan bayaran, namun tetap saja  ada hal-hal yang menyebabkan stres dalam bekerja. Banyak sekali hal yang mengakibatkan stres saat bekerja. Diantaranya pekerjaan yang monoton,lingkungan kerja yang tidak nyaman, rekan kerja yang tidak cocok, tekanan ditempat kerja, dan jam kerja yang terlalu panjang. Salah satu dampak besar dari stres di tempat kerja adalah suatu kondisi yang disebut “burnout” atau perubahan  negatif perilaku dan emosi yang diakibatkan stres berkepanjangan. Gejala yang ditunjukkan oleh kondisi ini adalah bersifat pesimis, ingin menyerah dan tidak ada semangat. Kondisi ini bisa saja dialami oleh pekerja ataupun mahasiswa.

Faktor budaya yang dapat mempengaruhi stress yaitu misalnya diskriminasi terhadap suatu golongan atau perubahan daerah dan kondisi dimana seseorang tinggal. 


Coping with stress

Coping stress adalah tindakan seseorang untuk mengatasi sumber masalah yang menyebabkan stres dan meminimalisasi dampaknya. Stres harus diatasi dengan  cara yang baik dan benar. Karena jika tidak, akan berdampak besar terhadap  kesehatan mental maupun fisik. Stres juga dapat menimbulkan efek jangka pendek  dan efek jangka panjang. Terdapat metode mengatasi stres berdasarkan fokus penanganannya yaitu : 

1.Problem-Focused Coping

Yaitu berusaha untuk menghilangkan atau mengubah stresor itu sendiri. Ketika orang mencoba untuk menghilangkan sumber stres atau mengurangi dampaknya melalui tindakan mereka sendiri (Folkman & Lazarus, 1980; Lazarus, 1993). 

Contoh aplikatif nya yaitu mengerjakan tugas dengan cara dicicil tidak ditumpuk, untuk menghindari tekanan atau stress pada saat dealine tugas dikumpulkan. 

2.Emotions-Focused Coping.

Metode ini berfokus pada proses perubahan emosi seseorang terhadap sumber masalah yang dihadapinya. Emosi yang  awalnya sulit dikendalikan kemudian menjadi lebih stabil sehingga dapat  mengatasi masalah dengan baik. 

Contoh aplikatifnya Saya tidak menemukan buku tugas saya karena sedang terburu buru dan panik namun setelah saya berusaha untuk tenang, saya mulai mengingat dengan teliti dimana terakhir kali saya meletakkan buku tersebut dan akhirnya buku tersebut ditemukan

Meditasi adalah salah satu cara untuk mengatasi stress. Meditasi adalah latihan mental yang dilakukan dengan tujuan mengembalikan fokus diri dan mencapai keadaan normal. Dengan meditasi, tubuh bisa mengatasi reaksi fisiologis yang diakibatkan oleh stres sehingga menghasilkan keadaan yang lebih tenang atau relaksasi. Meditasi yang dilakukan selama 20 menit sudah cukup untuk menurunkan kadar stres. Beberapa contoh sederhana meditasi yang bisa dilakukan adalah fokus menatap satu titik di dinding hingga pikiran kosong selama beberapa menit, membaca buku, mandi air hangat, dan beristirahat (Ciccarelli & White, 2015).

Selain dengan tindakan diatas stress juga dapat diatas dengan cara yaitu dengan cara menerapkan sikap optimis dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara agama dan lingkungan ada disekitar kita 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 3 Psikologi Umum ll

Pertemuan 15 Psikologi Umum

Pertemuan 3 Psikologi Umum